Sabtu, 12 Mei 2012

pengertian teknik analisis data


Tahap Analisis Data
            Tahap analisis data ada 3 yaitu:
1.      Konsep dasar
2.      Menentukan tema dan merumuskan hipotesis
3.      Bekerja dengan hipotesis
1.         Konsep dasar
Konsep dasar dalam hal ini akan mempersoalkan pengertian, waktu pelaksanaan, maksud dan tujuan serta kedudukan analisis data.
Analisis data, menurut Platto(1980:268), adalah proses mengatur data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategoridan satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penfsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian. Bodgan dan Taylor (1975:79) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu. Dengan demikian dapat disintesiskan menjadi: Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Pekerjaan analisis data ini adalah mengatur , mengurutkan , mengelompokkan, memberikan kode, dan mengategorikannya yang bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja. Analisis data dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaan dimulai sejak pengumpulan data dan dikerjakan secara intensif dan secepatnya agar data tersebut tidak kadaluarsa.
2.      Menemukan tema dan merumuskan hipotesis
Menurut badgan dan taylor (1975:82-85) menganjurkan beberapa petunjuk untuk diiikuti seperti yang dikemukakan berikut ini:
a)      Bacalah dengan teliti catatan lapangan anda
Seluruh data baik yang berasala dari pengamatan berperan serta, wawancara, komentar peneliti sendiri, gambar/foto, dokumen, hendaknya dibaca dan ditelaah secra mendalam. Judul yang secara sengaja/ tidak sengaja ditolak/ disenangi oleh subjek hendaknnya mendapat perhatian khusus. Jika mungkin, berilah kesempatan pada orang lain untuk membacanya karena dari hasil pembacaan orang lain mungkin dapat ditemukan sesuatu yang tidak diperoleh atau diligat oleh peneliti
b)      Beri kode pada beberapa judul pembicaraan tertentu
Jika peneliti menelaah dengan teliti, ada judul-judul tertent yang akan kembali dan berulang muncul. Setelah membaca seluruhnya dan memperoleh kesan tertentu sebaiknya peneliti mulai memberi nomor tertentu pada judul yang muncul. Catatan lapangan hendaknya dikopi diberi nomor pada bagian tepi. Potong setiap alenia dan tempelkan pada kartu tertentu dan masukkan pada folder yang telah disediakan menurut kumpulan judul yang ditemukan. Potongan itu agar diberi halaman seperti halaman aslinya, setelah diberi kode data itu hendaknya dipelajari , dibaca, dan ditelaaah lagi kemudian diuji untuk dimasukkan kedalam kelompok yang akan menjadi cikal bakal tema.
c)      Susun menurut tipologi
Kerangka klasifikasi / tipologi akan bermanfaat dalam menemukan tema dan pembentukan hipotesis baca dan pelajari data. Buat catatan tentang bagaimana subjek penelitian m,engelompokkan orang dan perilakunya, apa dan bagaimana perbedaanya. Pengelompokan demikian diharapkan tidak ibuat kaku tapi dibuat dengan tepat
d)     Baca kepustakaan yang ada kaitanya dengan masalah dan latar penelitian
Selama dan sesudah pengumpulan data, kepustakaan yang berkaitan dan relevan dengan maslah studi hendaknya dipelajari. Maksudnya adalah untuk membandingkan apa yang ditemukan dari data dan apa yang dikatakan dalam kepustakaan profesional; konsep, model dan paradigma orang lain dapat pula dimanfaatkan untguk membandingkan hasil temuan dari data. Satu hal yang perlu disadari ialah bahwa apa yang dipelajari dan dibaca dari kepustakaan semuanya hendaknya diliha dari perspektif, paradigma dan asumsi peneliti sendiri.
3.      Menganalisis berdasarkan hipotesis
Usaha untuk meningkatkan kemampuan menganalisis dan meningkatkan pengertian tentang data, menurut bagdan dan taylor (1975:87-91) adalah:
-          Apakah data menunjang hipotesis
Setelah data dikelompokkan menurut hipotesis tibalah waktunya peneliti untuk menguji apakah butir-butir pada data yang dikode itu benar-benar menunjang hipotesis. Proses ini merupakan usaha untuk membandinhkan data yang menunjang dan yang tidak menunjang pada tahap ini peneliti mengharapkan bahwa cukup banyak yang menunjang ataupun yang tidak menunjang hipotesis.
Selanjutnya ialah memeriksa data dengan cermat apakah benar-benar menunjang / tidak menunjang hipotesis. Jika memang mengarah pada tidak menunjang, justru hal itu mungkin membawa peneliti untuk merumuskan hipotesis alternatif. Setelah itu ujilah sejauh mana tingkat kepercayaan terhadap hipotesis yang telah dirumuskan. Jika tingkat kepercayaan peneliti benar tinggi, maka hipotesis dipertahankan sedangkan apabila diragukan lebih baik jangan ragu untuk membuangnya.
-          Apakah data yang benar dikumpulkan atau bukan
Peneliti hendaknya menelliti apakah data yang tercatat pada cattatan lapangan benar-benar data yang dikumpulkan/ dicampur dengan pandangan peneliti/ juga sesuatu yang berasal dari subjek tapi bukan aslinya pertanyaan subjek. Hal itu hendaknya benar-benar diuji sehinggan peneliti memperoleh data yang benar-benar asli
-          Siapa yang mengatakan dan siapa yang melakukan apa
Peneliti hendaknya mengelompokkan data atas hipotesa yang ditunjang hanya oleh seorang dan ditunjang bebberappa orang. Jika sebagian besar subjek mengatakan hal yang sama, hal itu sangat diharapkan, namun jika hanya seorang atau 2 orang yang mengatakan, maka peneliti perlu berspekulasi tentang alasan mengapa sampai terjadi demikian
-          Adakah orang lain yang hadir?
Catatan atau tanggapan perlu pula diberikan dalam catatan lapangan, apakah sewaktu diadakan pengamatan ada pihak ke3 yang hadir. Catatan demikian hendaknya secara tegas membedakan apakah ada perubahan pada sikap subjek sewaktu ia sendirian dibandingkan dengan kehadiran orang lain. Kategori data hendaknya dikelompokkan diantara adanya kehadiran orang lain dan kehadiran sendiri agar benar diperoleh data yang murni.
4.      Keabsahan data
Untuk menghindari kesalahan atau kekeliruan data yang telah terkumpul,perlu dilakukan pengecekan keabsahan data. Pengecekan keabsahan data didasarkan pada kriteria deraja kepercayaan (crebility) dengan teknik trianggulasi,ketekunan pengamatan, pengecekan teman sejawat (Moleong, 2004).
Triangulasi merupakan teknik pengecekan keabsahan data yang didasarkan pada sesuatu di luar data untuk keperluan mengecek atau sebagai pembanding terhadap data yang telah ada (Moleong,200). Trigulasi yang digunakan adalah trigulasi dengan sumber, yaitu membandingkan data hasil obserfasi, hasil pekerjaan siswa dan hasil wawancara terhadap subjek yang ditekankan pada penerapan metode bantuan alat pada efektif membaca .
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan teknik melakukan pengamatan yang diteliti, rinci dan terus menerus selama proses pembelajaran berlangsung yang diikuti dengan kegiatan wawancara secara intensif terhadap subjek agar data yang dihasilkan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Pengecekan teman sejawat/kolega dilakukan dalam bentuk diskusi mengenai proses dan hasil penelitian dengan harapan untuk memperoleh masukan baik dari segi metodelogi maupun pelaksanaan tindakan.

buku yang berkaitan

Selasa, 08 Mei 2012

guru yang ideal dalam kelas maupun luar kelas



BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang  masalah
Saat ini, guru di Indonesia yang memiliki kriteria ideal di atas masih sangat sedikit. Kebanyakan guru-guru bangsa ini masih mengandalkan gelar kesarjanaan tanpa mengevaluasi kemampuan dan tanggung jawab besar yang sebenarnya ia emban. Guru mempunyai peranan penting dalam mendidik para siswa. Peranan ini meliputi berbagai jenis pola tingkah laku, baik dalam kegiatannya di dalam sekolah maupun diluar sekolah.
Guru diharapkan dapat membekali peserta didiknya sebagai penerus bangsa ini. Guru adalah pelaku perubahan. Gagasan ini menjadikan guru harus peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan, pembaharuan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sejalan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman. Bahkan tidak sesederhana itu saja, ciri guru ideal di era globalisasi seperti saat ini perlu tampil sebagai pendidik, pengajar, pelatih, inovator dan dinamisator secara sekaligus dan integral dalam mencerdaskan anak didiknya. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa criteria guru yang bias disebut ideal dalam proses pembelajaran maupun diluar pembelajaran.
Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari guru yang ideal?
2.      Apa saja yang perlu dimiliki sebagai guru yang ideal?
Tujuan
1.      Memahami pengertian guru yang ideal
2.      Manegetahui apa saja yang dperlukan guru yang ideal


BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian guru yang ideal
Guru yang ideal adalah guru yang memiliki semangat belajar bukan semangat mengajar. Guru tidak menempatkan diri sebagai narasumber yang hebat dan harus memindahkan ilmu ke otak siswa, tapi sebagai pendamping dan bagian dari siswa untuk belajar bersama. [1] Guru ideal adalah dambaan peserta didik. Guru ideal adalah sosok guru yang mampu untuk menjadi panutan dan selalu memberikan contoh atau keteladanan. Ilmunya seperti mata air yang tak pernah habis. Semakin diambil semakin jernih airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang meminumnya. Guru ideal adalah guru yang mengusai ilmunya dengan baik. Mampu menjelaskan dengan baik apa yang diajarkannya. Disukai oleh peserta didiknya karena cara mengajarnya yang enak didengar dan mudah dipahami.[2]
Siswa mengakui bahwa pengajar yang baik tidak terlalu terkait dengan pengetahuan dan ketrampilan dibanding dengan sikap siswa terhadap siswa, materi yang diajarkan, dan pekerjaan itu sendiri. Banyak guru yang dianggap ideal ternyata hanya memiliki beberapa sifat dominan. Karakteristik yang disebutkan sebagai alat yang memungkinkan guru-guru menciptakan  dan mempertahankan konektivitas di kelas. Guru yang ideal tersebut memiiki kesadaran akan tujuan pasti, memiliki harapan akan keberhasilan bagi semua siswa, menunjukkan kemauan beradaptasi dan berubah untuk memenuhi kebutuhan siswa, mencerminkan komitmen pada pekerjaan mereka, mau belajar berbagai model pembelajaran[3]. Selain itu guru ideal harus bisa menerima kritikan dari peserta didiknya. Dari kritik itulah, guru belajar dan mendapat pengalaman baru dalam mengajar. Guru dapat mengetahui kekurangan cara mengajarnya, dan melakukan umpan balik (feedback).
B.     Guru yang ideal adalah guru yang memiliki 5 kecerdasan.
Kecerdasan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap karakter dan perilakunya sehari-hari. Baik ketika mengajar, ataupun dalam hidup ditengah-tengah masyarakat.
1.      Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan intelektual adalah kemampuan intelektual, analisa, logika dan rasio. Kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan untuk menerima, menyimpan dan mengolah infomasi menjadi fakta. Orang yang kecerdasan intelektualnya baik, baginya tidak ada informasi yang sulit, semuanya dapat disimpan dan diolah, pada waktu yang tepat dan pada saat dibutuhkan diolah dan diinformasikan kembali. Proses menerima , menyimpan, dan mengolah kembali informasi, (baik informasi yang didapat lewat pendengaran, penglihatan atau penciuman) biasa disebut "berfikir. Kecerdasan intelijen mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan suatu hubungan.[4] Guru yang mempunyai kompetensi tinggi dengan banyak membaca, menulis dan meneliti. Ia adalah figur yang senang dengan pengembangan diri terus menerus, tidak merasa cukup dengan apa yang sudah dimiliki.
2.      Kecerdasan Moral
Kecerdasan moral atau yang biasa dikenal dengan MQ (moral quotient) adalah kemampuan seseorang untuk membedakan mana yang benar dari mana yang salah berdasarkan keyakinan yang kuat akan etika dan menerapkannya dalam tindakan.[5]
Kecerdasan intelektual harus diimbangi dengan kecerdasaan moral karena jika tidak, peserta didik hanya akan mementingkan keberhasilan daripada proses. Segala cara dianggap halal, yang penting tujuan tercapai semaksimal mungkin. Akan menimbulkan kasus plagiat  dan korupsi di kalangan orang berpendidikan. Karena itu kecerdasan moral akan mengawasi kecerdasan intelektual sehingga akan mampu berlaku jujur dalam kondisi apapun, karena kejujuran adalah kunci keberhasilan dan kesuksesan. Mempunyai moral yang baik, bisa menjadi teladan, dan memberi contoh perbuatan, tidak sekedar menyuruh.[6]
3.      Kecerdasan Emosional[7]
Kecerdasan emosional atau yang biasa dikenal dengan EQ (emotional quotient) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan oranglain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan. Kecerdasan emosional (EQ) dinilai tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual (IQ). Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional dua kali lebih penting daripada kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang. Kecerdasan emosional harus ditumbuhkan agar guru tidak mudah marah, tersinggung, dan melecehkan orang lain. Dia harus memiliki sifat penyabar dan pemaaf.
4.      Kecerdasan  Sosial
Kecerdasan sosial juga harus dimiliki oleh guru ideal agar tidak egois, dan selalu memperdulikan orang lain yang membutuhkan pertolongannya. Dia pun harus mampu bekerjasama dengan karakter orang lain yang berbeda. Kecerdasan ini berkaitan erat dengan sosialisasi. Ini diperlukan untuk menjaga agar komunikasi dalam kelas tetap lancar. Adanya sosialisasi yang baik antara guru dan peserta didik akan mudah dalam mendapatkan feedback. Sehingga semua siswa aktif dalam proses pembelajaran.
5.      Kecerdasan Motorik
            Kecerdasan motorik adalah kemampuan pengedalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoodinir antara susunan syaraf, otak dan otot. Kecerdasan motorik diperlukan agar guru mampu melakukan mobilitas tinggi sehingga mampu bersaing dalam memperoleh hasil yang maksimal. Kecerdasan motorik harus senantiasa dilatih agar guru dapat menjadi kreatif dan berprestasi untuk mewujudkan tujuan pendidikan seperti yang diharapkan. [8]



BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
-         Guru yang ideal adalah Guru ideal adalah sosok guru yang mampu untuk menjadi panutan dan selalu memberikan contoh atau keteladanan
-         Guru ynag ideal harus memenuhi 5 kecerdasan yaitu:
Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Moral
Kecerdasan Sosial
Kecerdasan Motorik

2.      Saran
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, mohon adanya kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah. Terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA


Denim,Sudarwan. Pedagogi, Andragogi, dan Teutagogi. Bandung: Alfabeta. 2010
Samba, sujono. Lebih baik tidak sekolah. Yogyakarta: LkiS.2007


[1] Samba, sujono. Lebih baik tidak sekolah. Yogyakarta: LkiS. 2007 HAL 44-45
[3] Denim,sudarwan. Pedagogi, andragogi, dan teutagogi. Bandung: Alfabeta.2010 hal:40
[5] http://id.wikipedia.org diakses pada 7 mei 2012 20.35

[7] http://id.wikipedia.org diakses pada 7 mei 2012 19.07

metode advisory group dalam pembelajaran


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang  Masalah
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merubah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru/pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian metode advisory group?
2.      Apa saja prosedur dalam metode advisory group?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian metode advisory group
Metode adalah cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan pembelajaran, strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar. Setiap kali mengajar guru pasti menggunakan metode. Metode yang digunakan itu tidak sembarangan, melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penggunaan metode yang bervariasi dapat menjembatani gaya-gaya belajar anak didik dalam menyerap bahan pelajaran. Umpan balik dari anak didik akan bangkit sejalan dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan kondisi psikologis anak didik. Dalam pembahasan selanjutnya adalah dengan metode kelompok penasehat (advisory group) dalam proses pembelajaran.
Advisory group adalah kumpulan individu yang membawa pengetahuan dan keterampilan yang unik yang melengkapi pengetahuan dan keterampilan para peserta didik untuk menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Aktif atas informasi ketrampilan dan sikap berlangsung melalui proses penyelidikan atau proses bertanya.
Menurut Silberman (2002) Metode ini adalah strategi yang diberikan untuk memperoleh umpan balik dari siswa setelah memperoleh pengetahuan materi. Sebagian siswa diberi tugas untuk membuat soal-soal terkait materi yang telah diajarkan dan sebagian siswa lagi akan menjawab soal-soal yang telah dibuat oleh temannya. Dengan demikian siswa akan bersemangat untuk memahami materi sendiri agar dapat membuat dan menjawab pertanyaan.
Menurut Yaniawati (2006) Metode advisor group adalah metode untuk mengetahui pemahaman materi oleh siswa setelah guru memberikan konsep. Metode advisor group menuntut siswa untuk memahami kembali sendiri materi yang telah diberikan dengan cara membuat pertanyaan yang berkaitan. Metode ini dalam pelaksanaanya sebagian siswa lain juga dituntut untuk mengerti dengan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya. Sehingga semua siswa diharapkan akan mengerti konsep materi dari guru dan dirinya sendiri.
Selanjutnya Metode advisor group memberikan kesempatan baik siswa yang lamban maupun yang cepat untuk menyelesaikan pelajaran sesuai dengan tingkat masing-masing dalam kondisi belajar yang cocok. Rasa percaya diri dan tanggung jawab pribdi dituntut dari siswa dan mungkin akan berlanjut sebagai kebiasaan dalam kegiatan pendidikan lain, tanggung jawab atas pekerjaan dan tingkah laku pribadi. Kegiatan dan tanggung jawab pengajar berubah karena waktu penyajian menjadi berkurang dan ia mempunyai waktu lebih untuk memantau siswa dalam kelompok.
Menurut Kemp (1994) belajar harus dilakukan oleh individu untuk dirinya sendiri dan hasil belajar maksimal apabila siswa terlibat aktif dalam melaksanakan berbagai tugas khusus dan mengalami keberhasilan dalam belajar.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, kelebihan metode advisor group yaitu metode ini menuntut siswa untuk mengerti materi yang telah diajarkan sehingga siswa dapat mengikuti prosedur pelaksanaan metode ini. Metode ini memberikan kesempatan bagi siswa yang cepat ataupun lamban untuk menyelesaikan pelajaran karena guru memberikan tenggang waktu kepada siswa. Metode ini akan memberikan waktu lebih untuk guru dalam kelompok. Metode ini juga memiliki kelemahan yaitu bagi siswa yang malas untuk memahami sendiri materi, tidak akan mengoptimalkan kegiatan pembelajaran karena hanya akan membuang waktu yang telah diberikan oleh guru.
B.     Prosedur dalam penerapan metode kelompok penasehat
Ini adalah strategi untuk memperoleh feedback tanpa berhenti selama kelas beberapa sesi. Terlalu sering, pengajar memerintahkan feedback kepada peserta didik setelah pelajaran selesai. Ini terlalu lambat untuk membuat untuk membuat penilaian. Dalam strategi kelompok penasehat ini akan membuat pembelajaran lebih efektif.
PROSEDUR
1)      Tentukanlah waktu setelah pelajaran, ketika anda ingin memperoleh feedback dari peserta didik
2)      Perintahkan sekelompok kecil relawan untuk menemui anda, beri tahu mereka bahwa pekerjaannya adalah memerintahkan reaksi dari peserta didik lain sebelum waktu pertemuan.
3)      Gunakan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a.       Apa yang berguna? Tidak berguna?
b.      Mana yang tidak jelas?
c.       Apa yang akan membantu kamu belajar lebih baik?
d.      Apakah kamu siap untuk pindah ke materi baru?
e.       Apakah saya menghubungkan materi yang cukup untuk kehidupanmu?
f.       Apa yang lebih kamu sukai dalam mata pelajaran kita selanjutnya?
g.      Apa yang kurang kamu sukai?
h.      Apa yang kamu sukai untuk selanjutnya?
Dalam Silberman (2002) Adapun prosedur pelaksanaan metode Advisor group adalah
1.      Guru menyediakan waktu untuk melaksanakan metode ini, waktu yang dipakai adalah setelah guru memberikan materi, ini dilakukan untuk memperoleh umpan balik dari siswa.
2.       Membagi kelas menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok dibagi lagi menjadi dua kelompok kecil yakni kelompok penasehat (Misal A) dan kelompok klien (Misal B). Kelompok A diperintahkan untuk berdiskusi membuat pertanyaan sendiri yang berhubungan dengan materi sebanyak anggota kelompok B. Guru meminta siswa untuk membuat pertanyaan sendiri ini bertujuan agar kelompok A juga paham terhadap materi.
3.       Kelompok B berusaha untuk berdiskusi dan membahas materi pelajaran dan akan menjawab pertanyaan kelompok A. Ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar reaksi dan pemahamannya terhadap materi
4.       Setelah memberikan waktu (± 15 menit) maka angota kelompok A meminta kelompok B untuk menjawab pertanyaan yang telah dibuat dan waktu pengerjaan ditetapkan guru. Seterusnya hingga semua anggota B menjawab pertanyaan yang telah dibuat oleh kelompok A.
5.      Kemudian anggota kelompok A dan B kembali menjadi satu kelompok dan mereka bersama-sama membahas soal dan jawabannya, dan pada saat tersebut guru memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi dan bertanya kepada guru.
Terlihat dari prosedur yang telah dipaparkan, metode advisor group ini merupakan pembelajaran kelompok yang lebih menekankan siswa untuk belajar mandiri. Baik kelompok penasehat maupun kelompok klien harus mempelajari dan memahami sendiri materi pelajaran


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.       Metode adalah  cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan pembelajaran, strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar.
2.       Metode kelompok penasehat adalah cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan pembelajaran dengan kumpulan individu dengan  pengetahuan dan keterampilan untuk  melengkapi pengetahuan dan keterampilan para peserta didik untuk menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran
3.       Prosedur dalam kelompok penasehat adalah
a.      Tentukan  waktu setelah pelajaran, ketika anda ingin memperoleh feedback dari peserta didik..
b.      Perintahkan sekelompok kecil relawan untuk mengetahui reaksi dari peserta didik lain sebelum waktu pertemuan
c.       Menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat individual
Saran
Yang perlu diingat bahwa tidak ada suatu model pengajaran yang paling baik dan sempurna. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jadi metode yang paling baik adalah metode yang cocok dan relevan dengan materi dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sehingga guru disarankan untuk memahami dan dapat menginovasikan metode-metode dalam penerapan belajar mengajar.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis bergarap adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah.


DAFTAR PUSTAKA
L silbermen, Melvin. Active learning cara belajar siswa aktif. Bandung: nusamedia.2006
Diat, prasojo lantip. Supervisi pendidikan. Yogyakarta: gavamedia. 2011