BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah mengembangkan potensi
manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan
sebagai manuasia, baik secara individual maupun sebagai anggota masyarakat.
Kegiatan untuk mengembangkan potensi itu harus dilakukan secara berencana,
terarah dan sistematik guna mencapai tujuan tertentu.
Pengorganisasian suatu sekolah tergantung pada beberapa aspek antara lain:
jenis, tingkat dan sifat sekolah yang bersangkutan. Susunan organisasi sekolah
tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan tentang susunan
organisasi dan tata kerja jenis sekolah tersebut (Depdikbud, 1983:2). Dalam
struktur organisasi terlihat hubungan dan mekanisme kerja antara kepala
sekolah, guru, murid dan pegawai tata usaha sekolah serta pihak lain di luar
sekolah.
B. Tujuan
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen
Pendidikan. Melalui makalah ini diharapkan para pembaca lebih mengetahui dan
lebih tanggap akan pentingnya organisasi sekolah dalam dunia pendidikan di
indonesia sekarang ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian organisasi sekolah
Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni
dalam penyusunan penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan
maksud menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban,
hak-hak dan tanggung jawab masing-masing. Dalam suatu susunan atau struktur
organisasi dapat dilihat bidang, tugas dan fungsi masing-masing kesatuan serta
hubungan vertikal horizontal antara kesatuan-kestuan tersebut.
Dalam penyelenggaraan pendidikan lembaga pendidikan tidak dapat lepas dari
organisasi negara. Untuk organisasi ini Mulyani A Nurhadi mmbedakan menjadi dua
yaitu organisasi makro dan mikro. Organisasi pendidikan makro adalah organisasi
pendidikan dilihat dari segi organisasi secara luas. Dalam struktur organisasi,
organisasi pendidikan pada tingkat makro dibedakan atas: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan tingkat Pusat, Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kantor Pendidikan Dan Kebudayaan di Kabupaten/Kotamadya dan Kantor
Pendidikan dan Kebudayaan tingkat Kecamatan. Organisasi pendidikan mikro adalah
organisasi pendidikan dilihat dengan titik tolak dengan unit-unit yang ada pada
suatu sekolah atau lembaga pendidikan penyelenggara langsung proses belajar
mengajar. Struktur disetiap sekolah atau lembaga tidak seluruhnya sama. Mungkin
disuatu sekolah terdapat sesuatu unit sekolah yang disekolah lain tidak
terdapat karena disebabkan kekurangan tenaga atau sarana lain.
Organisasi sekolah adalah sistem yang bergerak dan berperan dalam
merumuskan tujuan pendewasaan manusia sebagai mahluk sosial agar mampu
berinteraksi dengan lingkungan. Dengan begitu disana kita bisa belajar
bagaimana cara menyikapi diri kita ketika berhadapan dengan suatu masalah
sehingga kita bisa menyelesaikannya. Dengan pendewasaan maka kita dapat
menyikapi masalah kita dengan baik dan kita juga mampu berinteraksi sebagai
mana peran kita didalam suatu lingkungan.
Definisi
organisasi sekolah dari para ahli:
Organization is the form of every human association for the attainment of
comon purpose (James D. Oony)
An
organization as a system of cooperative activities of two or more persons
(Chester I. Barnard)
Dari definisi tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa organisasi
adalah sebuah bentuk atau sistem yang terdiri dari sekelompok manusia yang berkerjasama
untuk mencapai tujuan bersama. Oleh sebab itu sekolah dikatakan sebagai sebuah
organisasi karena sekolah didirikan untuk mencapai tujuan bersama khususnya di
bidang pendidikan.
B. Bentuk-Bentuk Organisasi Sekolah
Setiap unit kerja dipimpin oleh seorang kepala/pimpinan yang menduduki
posisi menurut tingkat unit kerjanya di dalam keseluruhan organisasi. Posisi,
tanggung jawab dan wewenang di dalam suatu kelompok formal terikat pada
struktur dan dibatasi oleh peraturan-peraturan yang mendasari pembentukan
organisasi kerja tersebut. Hubungan kerja yang didasari wewenang dan tanggung
jawab, baik secara vertikal maupun horizontal dan diagonal akan menunjukan pola
tertentu sebagai mekanisme kerja. Dengan kata lain pembagian tugas, pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab serta arus perwujudan tugas, akan menggambarkan
tipe atau bentuk organisasi kerja. Tipe-tipe organisasi itu antara lain:
1. Organisasi Lini (Line Organization)
1. Organisasi Lini (Line Organization)
Dalam tipe ini semua hak dan kekuasaan berada pada pimpinan tertinggi.
Personal yang lain disebut bawahan tidak mempunyai hak dan kekuasaan sekecil
apa pun karena hanya berkedudukan sebagai pelaksana tugas dari atasan. Tidak
dibenarkan adanya inisiatif dan kreativitas, semua tugas harus dilaksanakan
sebagaimana diperintahkan. Saluran perintah dan penyampaian tanggung jawab
dalam organisasi tipe ini dilakukan melalui prosedur dari atas ke bawah dan
sebaliknya.
2. Organisasi
Staf (Staff Organization)
Dalam tipe ini semua hak, kekuasaan dan tanggung jawab dibagi habis pada
unit kerja yang ada secara bertingkat. Setiap unit memperoleh sebagian hak
dalam menentukan kebijakan sepanjang tidak bertentangan dengan kebijaksanaan
umum dari pimpinan tertinggi. Wewenang dan tanggung jawab dilimpahkan secara
luas, sehingga pimpinan berkedudukan sebagai koordinator. Tanggung jawab
disampaikan secara bertingkat sesuai dengan hak dan kekuasaan yang dilimpahkan.
3. Bentuk Gabungan (Line and Staff Organization)
3. Bentuk Gabungan (Line and Staff Organization)
Tipe ini sebagai gabungan dari kedua tipe di atas, menempatkan pimpinan
tertinggi sebagai pemegang hak dan kekuasaan tertinggi dan terakhir. Tidak
semua hak, kekuasaan dan tanggung jawab dibagi habis pada unit kerja yang ada,
tugas yang bersifat prinsipil tetap berada pada atasan/pimpinan tetinggi.
Pimpinan unit kerja sebagai staf memperoleh wewenang dalam bidang kerja
masing-masing sepanjang tidak berhubungan dengan tugas yang menjadi wewenang
atau kekuasaan pimpinan tertinggi.
4.
Organisasi Fungsional (Fungsional Organization)
Dalam tipe ini pembagian hak dan kekuasaan dilakukan berdasar fungsi yang
diemban oleh unit kerja dan terbatas pada tugas-tugas yang memerlukan keahlian
khusus. Sehingga personal yang diangkat dan menerima wewenang untuk menjalankan
kekuasaan diserahkan pada orang yang mempunyai keahlian dalam bidang kerja
masing-masing. Wewenang yang dilimpahkan dibatasi mengenai bidang teknis yang
memerlukan keahlian tertentu secara khusus.
C. Stuktur Organisasi Sekolah
Struktur organisasi sekolah adalah struktur yang mendasari keputusan para
Pembina atau Pendiri sekolah untuk mengawali suatu proses perencanaan sekolah
yang strategis. Organisasi sekolah juga dapat dikatakan sebagai
seperangkat hukum yang mengatur formasi dan administrasi atau tata
laksana organisasi-organisasi sekolah di Indonesia.
Macam-macam Struktur Organisasi
Struktur Organisasi pendidikan yang pokok ada dua macam yaitu sentralisasi
dan desentralisasi. Di antara kedua struktur tersebut terdapat beberapa
struktur campuran yakni yang lebih cenderung ke arah sentralisasi mutlak dan
yang lebih mendekati disentralisasi tetapi beberapa bagian masih
diselenggarakan secara sentral. Pada umumnya, struktur campuran inilah yang
berlaku dikebanyakan negara dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran
bagi bangsanya.
D. Wewenang dan tanggung jawab organisasi sekolah
Setelah mengetahui struktur sekolah seperti apa, maka sebaiknya kita juga
harus tahu apa saja wewenang dan tanggung jawab sekolah. Sebelum itu kita lihat
pengertian dari wewenang dan tanggung jawab itu sendiri.
Wewenang ( Authority ) merupakan syaraf yang berfungsi sebagai penggerak
dari pada kegiatan-kegiatan. Wewenang yang bersifat informal, untuk mendapatkan
kerjasama yang baik dengan bawahan. Disamping itu wewenang juga tergantung pada
kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan. Wewenang berfungsi untuk
menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasi. Wewenang dapat
diartikan sebagai hak untuk memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu agar tujuan dapat tercapai.
T. Hani
Handoko membagi
wewenang dalam dua sumber, yaitu teori formal ( pandangan klasik ) dan teori
penerimaan. Wewenang formal merupakan wewenang pemberian atau pelimpahan dari
orang lain. Wewenang ini berasal dari tingkat masyarakat yang sangat tinggi dan
secara hukum diturunkan dari tingkat ke tingkat. Berdasarkan teori penerimaan (
acceptance theory of authority ) wewenang timbul hanya bila hal diterima oleh
kelompok atau individu kepada siapa wewenang tersebut dijalankan dan ini tidak
tergantung pada penerima ( reciver ).
Chester
Bamard mengatakan
bahwa seseorang bersedia menerima komunikasi yang bersifat kewenangan bila
memenuhi :
1. Memahami
komunikasi tersebut
2. Tidak
menyimpang dari tujuan organisasi
3. Mampu
secara mental dan phisik untuk mengikutinya.
Agar
wewenang yang dimiliki oleh seseorang dapat di taati oleh bawahan maka
diperlukan adanya:
1.
Kekuasaan ( power ) yaitu kemampuan untuk melakukan hak tersebut, dengan cara
mempengaruhi individu, kelompok, keputusan. Menurut jenisnya kekuasaan dibagi
menjadi dua yaitu :
a. Kekuasaan
posisi ( position power ) yang didapat dari wewenang formal, besarnya ini
tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.
b.
Kekuasaan pribadi ( personal power ) berasal dari para pengikut dan didasarkan
pada seberapa besar para pengikut mengagumi, respek dan merasa terikat pada
pimpinan.
Tanggung jawab dan akuntabilitas tanggung jawab (responsibility) yaitu
kewajiban untuk melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima
wewenang dari atasannya. Akuntability yaitu permintaan pertanggung jawaban atas
pemenuhan tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Yang penting untuk
diperhatikan bahwa wewenang yang diberikan harus sama dengan besarnya tanggung
jawab yang akan diberikan dan diberikan kebebasan dalam menentukan keputusan-keputusan
yang akan diambil. Pengaruh ( influence ) yaitu transaksi dimana seseorang
dibujuk oleh orang lain untuk melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan harapan
orang yang mempengaruhi. Pengaruh dapat timbul karena status jabatan, kekuasaan
dan menghukum, pemilikan informasi lengkap juga penguasaan saluran komunikasi
yang lebih baik.
Setelah melihat pengertian wewenang dan tanggung jawab di atas, dapat
disimpulkan bahwa wewenang dan tanggung jawab sekolah adalah hak dari
organisasi sekolah untuk memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu di
sertai pertanggung jawaban dari organisasi sekolah dalam mengambil keputusan
agar tujuan dapat tercapai.
Berikut ini
adalah pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam organisasi sekolah:
E.
Pendekatan-pendekatan organisasi sekolah
a.
Peningkatan Mutu Pendidikan
Menurut
Mulyani A. Nurhadi ketika menyampaikan makalahnya pada seminar nasional
Peningkatan Kualitas Pendidikan (2005)dengan mengutip hasil penelitian yang
dilakukan David Chapman dan Don Adam terhadap 19 penelitian oleh Simon dan
Alexander terhadap 11 penelitian diberbagai negara serta Woessman menunjukkan
berbagai faktor yang mempengaruhi mutu hasil pendidikan secara signifikan.
Rangkuman
hasil penelitian itu dapat digambarkan sebagai berikut:
Komponen
Faktor Kunci
1.
Guru/tenaga pendidik
- lama
mengajar di kelas
- lamanya
persiapan mengajar
- pemilihan
metode mengajar
-
memberikan pekerjaan rumah
-
pengalaman
- tingkat
pendidikan
2. Buku
- digunakan
untuk belajar
- jumlah
jam membaca di rumah
- digunakan
untuk pekerjaan rumah
-
penggunaan lembar kerja
3.
Laboratorium
-
efektivitas penggunaan laboratorium
4.
Manajemen
- kreasi
meningkatkan akuntabilitas
- kreasi
mengoptimalkan sumber daya
- membagi
informasi
-
pemberdayaan dan komitmen
-
mobilisasi masyarakat
- struktur
organisasi yang mendukung
-
kepemimpinan sekolah
Melalui
hasil penelitian tersebut kita selayaknya membangun pendidikan untuk
mencerdaskan dan memberadapkan bangsa sesuai arah pembangunan nasional untuk mentransformasikan
peradaban Indonesia agraris menuju peradaban industrial yang canggih, elok, dan
unggul.
b.
Perencanaan Pembangunan Pendidikan
Menurut
Beeby (dalam Jusuf Enoch, 1992), bahwa perencanaan pendidikan adalah suatu
usaha melihat ke masa depan dalam hal menentukan kebijaksanaan, prioritas dan
biya pendidikan dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam
bidang ekonomi, sosial, dan politik untuk pengembangan potensi sistem
pendidikan nasional, memenuhi kebutuhan bangsa dan anak didik yang dilayani
oleh sistem tersebut.
Permasalahan
yang dihadapi pendidikan nasional kita pada umumnya sebagai berikut:
1. Tingkat
pendidikan rendah
2. Dinamika
struktur penduduk belum terakomodasi
3.
Kesenjangan tingkat pendidikan
4.
Fasilitas pendidikan belum memadai
5. Kualitas
pendidikan rendah
6.
Manajemen belum efektif, efisien, dan akuntabel
7. Anggaran
rendah
Bila
demikian halnya permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan, maka kebijakan yang
ditempuh dalam merencanakan pendidikan harus dapat mewujudkan 3 (tiga) program
kegiatan yaitu:
1.
Perluasan dan pemerataan kesempatan belajar
2.
Peningkatan mutu dan relevansi
3.
Governance dan akuntabilitas
F.
Pentingnya Organisasi Sekolah
Organisasi
secara umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni dalam
penyusunan/ penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan
maksud menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban,
hak-hak dan tanggung jawab masing-masing. Penentuan struktur, hubungan tugas
dan tanggung jawab itu dimaksudkan agar tersusun suatu pola kegiatan untuk
menuju ke arah tercapainya tujuan bersama.
Organisasi sekolah yang baik menghendaki agar tugas-tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang telah ditentukan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan sesudah semestinya mempunyai organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya. Kita mengetahui unsur personal di dalam lingkungan sekolah adalah, kepala sekolah, guru, karyawan, dan murid. Di samping itu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ada di bawah instansi atasan baik itu kantor dinas atau kantor wilayah departemen yang bersangkutan. Di negara kita, kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di sekolah itu, sehingga ia berperan sebagai pemimpin sekolah dan dalam struktur organisasi sekolah ia didudukkan pada tempat paling atas.
Melalui struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui apa tugas dan wewenang kepala sekolah, apa tugas guru, apa tugas karyawan sekolah (yang biasa dikenal sebagai pengawai tata usaha).
Organisasi sekolah yang baik menghendaki agar tugas-tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang telah ditentukan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan sesudah semestinya mempunyai organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya. Kita mengetahui unsur personal di dalam lingkungan sekolah adalah, kepala sekolah, guru, karyawan, dan murid. Di samping itu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ada di bawah instansi atasan baik itu kantor dinas atau kantor wilayah departemen yang bersangkutan. Di negara kita, kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di sekolah itu, sehingga ia berperan sebagai pemimpin sekolah dan dalam struktur organisasi sekolah ia didudukkan pada tempat paling atas.
Melalui struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui apa tugas dan wewenang kepala sekolah, apa tugas guru, apa tugas karyawan sekolah (yang biasa dikenal sebagai pengawai tata usaha).
Demikian
juga terlihat apakah di suatu sekolah dibentuk satuan tugas (unit kerja)
tertentu seperti bagian UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), bagian perpustakaan,
bagian kepramukaan, dan lain-lain sehingga keadaan ini tentunya akan
memperlancar jalannya "roda" pendidikan di sekolah tersebut.
Dengan organisasi yang baik dapat dihindari tindakan kepala sekolah yang menunjukkan kekuasaan yang berlebihan (otoriter). Suasana kerja dapat lebih berjiwa demokratis karena timbulnya partisipasi aktif dari semua pihak yang bertanggung jawab. Partisipasi aktif yang mendidik (pedagogis) dapat digiatkan melalui kegairahan murid sendiri yang bergerak dengan wadah OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Oleh karena itu di dalam memikirkan pembentukan organisasi sekolah, maka fungsi dan peranan OSIS tidak boleh dilupakan.
Dengan organisasi yang baik dapat dihindari tindakan kepala sekolah yang menunjukkan kekuasaan yang berlebihan (otoriter). Suasana kerja dapat lebih berjiwa demokratis karena timbulnya partisipasi aktif dari semua pihak yang bertanggung jawab. Partisipasi aktif yang mendidik (pedagogis) dapat digiatkan melalui kegairahan murid sendiri yang bergerak dengan wadah OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Oleh karena itu di dalam memikirkan pembentukan organisasi sekolah, maka fungsi dan peranan OSIS tidak boleh dilupakan.
G.
Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Menyusun Organisasi Sekolah
a. Tingkat Sekolah
Berdasarkan tingkatnya sekolah yang ada di Indonesia dapat dibedakan atas :
Sekolah Dasar (SD)
Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
Perguruan
Tinggi
Keadaan
fisik dan perkembangan jiwa anak jelas berbeda antara anak tingkat yang satu
dengan tingka berikutnya. Contohnya : di sekolah dasar biasanya tidak ada seksi
bimbingan penyuluhan (Guidance and Conseling) sebab masalah ini merupakan tugas
rangkapan dari kepala sekolah, dan hingga saat ini yang memegang adalah
pemerintah dan Departemen P dan K tidak atau belum mengangkat seorang
pembimbing khusus bagi sekolah dasar.
Lain halnya dengan sekolah lanjutan, biasanya tersedia satu orang tenaga konselor atau pembimbing dengan tugas pokoknya sebagai pembimbing. Karena itu biasanya di sekolah lanjutan dalan struktur organisasinya kita dapati seksi GC (Guidance and Conseling/ seksi bimbingan penyuluhan). Masih banyak bidang-bidang lain yang ditangani secara khusus pada sekolah lanjutan tetapi tidak demikian pada sekolah dasar, misalnya masalah Organisasi Intara Sekolah (OSIS), penggarapan majalah dinding, pengelolaan perpustakaan sekolah, dan bagian pengajaran yang menangani kelancaran dan pengembangan kurikulum/program pendidikan dan pengajaran.
Pada perguruan tinggi yang kita jumpai banyak bidang tugas yang ditangani secara khusus lebih banyak daripada tugas-tugas dari sekolah lanjutan. Ciri khas perguruan tinggi di Indonesia yang mengemban tugas Tri Dharma perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat memungkinkan perguruan tinggi berkembang secara otonom, sehingga semakin bervariasi susunan organisasinya.
Lain halnya dengan sekolah lanjutan, biasanya tersedia satu orang tenaga konselor atau pembimbing dengan tugas pokoknya sebagai pembimbing. Karena itu biasanya di sekolah lanjutan dalan struktur organisasinya kita dapati seksi GC (Guidance and Conseling/ seksi bimbingan penyuluhan). Masih banyak bidang-bidang lain yang ditangani secara khusus pada sekolah lanjutan tetapi tidak demikian pada sekolah dasar, misalnya masalah Organisasi Intara Sekolah (OSIS), penggarapan majalah dinding, pengelolaan perpustakaan sekolah, dan bagian pengajaran yang menangani kelancaran dan pengembangan kurikulum/program pendidikan dan pengajaran.
Pada perguruan tinggi yang kita jumpai banyak bidang tugas yang ditangani secara khusus lebih banyak daripada tugas-tugas dari sekolah lanjutan. Ciri khas perguruan tinggi di Indonesia yang mengemban tugas Tri Dharma perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat memungkinkan perguruan tinggi berkembang secara otonom, sehingga semakin bervariasi susunan organisasinya.
b. Jenis Sekolah
Berdasarkan
jenis sekolah, kita membedakan ada sekolah umum dan sekolah kejuruan. Sekolah
umum adalah sekolah-sekolah yang program pendidikannya bersifat umum dan
bertujuan utam untuk melajutkan studi ketingkat yang lebih tinggi lagi.
Sedangkan yang dimaksud sekolah kejuruan adalah sekolah-sekolah yang
pendidikannya mengarah kepada pemberian bekal kecakapan atau keterampilan
khusus setelah selesai studinya, anak didik dapat langsung memasuki dunia kerja
dalam masyrakat.
Dengan
melihat perbedaan program pendidikan (kurikulum dan tujuan) yang hendak dicapai
maka struktur organisasi sekolah yang berlainan jenis tersebut pasti berlainan
pula. Perbedaan organisasi ini mungkin dapat digambarkan antara lain sebagai
berikut :
Pada
sekolah kejuruan terdapat petugas (koordinator) praktikum, sedangkan pada
sekolah umum tidak.
Pada
sekolah kejuruan terdapat petugas bagian ketenaga kerjaan penempatan alumni,
sedangkan pada sekolah umum tidak.
c. Besar Kecilnya Sekolah
Sekolah
yang besar tentulah memiliki jumlah mirid, jumlah kelas, jumlah tenaga guru,
dan karyawan serta fasilitas yang memadai. Sekolah yang kecil adalah sekolah
yang cukup memenuhi syarat minimal dari ketentuan yang berlaku.
Tipe
sekolah secara implisit menunjukkan besar kecilnya sekolah yang bersangkutan.
Dengan begitu akan mempengaruhi penyusunan struktur organisasi sekolah karena
makin besar jumlah murid tentu saja semakin beraneka ragam kegiatan yang dapat
dilakukan baik yang bersifat kurikuler maupun kegiatan-kegiatan penunjang
pendidikan.
d. Letak dan Lingkungan Sekolah
Letak
sebuah sekolah dasar yang ada di daerah pedesaan aan mempengaruhi kegiatan sekolah
tersebut, berbeda dengan sekolah dasar yang ada di kota, demikian pula sekolah
lanjutan pertama yang kini mulai didirikan hampir di setiap daerah kecamatan,
kegiatan dan programnya tentulah berbeda dengan sekolah-sekolah lanjutan di
kota apalagi di kota besar. Ada kecenderungan yang nyata, bahwa sekolah-sekolah
di pedesaan lebih berintegrasi dengan masyarakat sekitarnya. Hal ini berakibat
pula ada hubungan yang lebih akrab diantara orang tua murid dengan sekolah.
Dari segi
keadaan lingkungan atau masyarakat sekitar sekolah mungkin ada dalam lingkungan
masyarakat petani, masyrakat nelayan, masyarakat buruh, masyarakat pegawai
negeri, dan lain-lain. Perhatikan kelompok masyarakat yang berbeda ini terhadap
dunia pendidikan bagi anak-anak mereka di sekolah pasti menunjukkan berbagai
variasi perbedaan. Oleh karenanya dalam penyusunan struktur organisasi sekolah,
hal-hal tersebut perlu diperhatikan.
BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Organisasi
sekolah adalah sistem yang bergerak dan berperan dalam merumuskan tujuan
pendewasaan manusia sebagai mahluk sosial agar mampu berinteraksi dengan
lingkungan. Dengan begitu disana kita bisa belajar bagaimana cara
menyikapi diri kita ketika berhadapan dengan suatu masalah sehingga kita bisa
menyelesaikannya. Dengan pendewasaan maka kita dapat menyikapi masalah kita
dengan baik dan kita juga mampu berinteraksi sebagai mana peran kita didalam
suatu lingkungan. Begitu pula dengan struktur organisasi sekolah. Struktur
organisasi sekolah adalah struktur yang mendasari keputusan para Pembina atau
Pendiri sekolah untuk mengawali suatu proses perencanaan sekolah yang
strategis. Struktur oganisasi juga tidak lepas dengan wewenang dan tanggung
jawab. Wewenang yaitu hak untuk memerintah orang lain untuk melalukan
atau tidak melakukan sesuatu agar tujuan dapat tercapai. Sedangkan tanggung
jawab yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan tanggung jawab yang
dilimpahkan kepadanya. Pertanggung jawaban sendiri memiliki arti sebagai
penjumlahan kegiatan yang telah dilakukan karena pendiskripsian wewenang.
Selain itu ada juda pendekatan-pendekatannya. Yaitu, Peningkatan Mutu
Pendidikan dan perencanaan pembangunan. Dengan demikian organisasi sekolah
dapat tercapai.
Usaha
pengorganisasian sekolah adalah sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kerja bermuara pada produktivitas kerja yang terarah pada tujuan
institusional masing-masing. Sekolah sebagai organisasi kerja yang didalamnya
bekerjasama sejumlah personal sangat tergantung pada manuasia yang menjadi
penggeraknya. Sebuah sekolah harus diorganisasi sebagai lembaga pendidikan
untuk mencapai tujauan institusional tersebut. Untuk itu pengorganisasian
sebuah sekolah harus difokuskan pada usaha mengarahkan semua kemampuan, untuk
membantu perkembangan potensi yang dimiliki anak-anak secara maksimal, agar
berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakatnya.
3.2 Saran
Dengan
organisasi sekolah ini diharapkan terjadi pembidangan dan pembagian kerja
sebagai kegiatan pengendalian sehingga memungkinkan terjalinnya kerjasama
antara kepala sekolah dengan wakil kepala sekolah dan semua wali kelas bahkan
dengan guru dan murid, antar wali kelas, antar guru dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. SMU
Negeri 14 Jakarta. [online] tersedia.
http://smanegeri14jakarta.tripod.com/str_org.html
Aditya
Media.Nawawi, Hadari. 1989. Organisasi Kelas sebagai Lembaga Pendidikan.
Jakarta: Haji Masagung. [online] tersedia. 25 April 2011. http://ermapoenya.blogspot.com/2010/07/manajemen-lembaga-dan-organisasi.html
Marlina.
2010. Struktur Organisasi. [online] tersedia. 25 April 2011.
http://marlinafis.blogspot.com/2010/04/sistem-dan-struktur-organisasi-sekolah.html
Pmancoffeemix. 2010. Kurikulum Organisasi Sekolah. [online] tersedia. 25 April
2011. http://pmancoffeemix.wordpress.com/2010/12/18/kurikulum-tentang-organisasi-sekolah/
Direktorat
Tenaga Kependidikan. 2008. Pendidikan dan Pelatihan Pengorganisasian
Sekolah. [online] tersedia. 25 April 2011.
www.google.com/pengorganisasian sekolah 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar